forum guru sejarah kendal

sebuah wadah bagi guru sejarah dan pemerhati budaya untuk memperbincangkan dunia kesejarahan, mengembangkan wawasan kebhinekaan, dan menerabas sekat primordial yang sesat, agar mampu mencipta kebersatuan negeri ini tanpa pernah menepis keperbedaan kesukuan, kultur, bahasa, dan tradisi.

Minggu, 28 Februari 2010

MASYARAKAT DAN BENDA CAGAR BUDAYA DI KABUPATEN KENDAL

Banyak orang menganggap bahwa Benda Cagar Budaya atau BCB tidak lagi memiliki nilai kebanggaan tertentu yang harus dipertahankan kelestariannya. Kasus-kasus yang diberitakan melalui surat kabar lokal dan nasional memberikan gambaran secara umum bagaimana masyarakat setempat mempersepsikan apa BCB tersebut sehingga keberadaan lebih lanjut BCB tersebut tidak perlu dimaksimalisasikan upaya penjagaan, pemeliharaan, dan pelestariannya. Apakah memang seperti itu persepsi sebenarnya terhadap BCB, tulisan di bawah ini berupaya mengulasnya secara singkat.

Beberapa kejadian di Jawa Tengah telah memperlihatkan bagaimana kepedulian masyarakat terhadap upaya pelestarian BCB. Kita melihat kasus di Kota Salatiga bagaimana eks Gedung Kodim harus dihancurkan untuk kepentingan yang berkaitan dengan ekonomi semata. Padahal masyarakat dan pemkot lokal sudah mengantongi sertifikasi akan status BCB yang dihancurkan tersebut.
Di tempat lain, Kabupaten Kendal mengalami nasib yang serupa. Pemerintah tidak ada niatan baik untuk menjaga keberadaan BCB dengan semestinya. Bangunan SMP 1 Kendal yang berusia lebih dari 100 tahun akhirnya dirobohkan demi kepentingan yang pragmatis. Kota Kendal tak lagi mempunyai keindahan arsitektur sisa bangunan Kolonial Belanda. Padahal, sebagian masyarakat bersepakat bahwa bangunan SMP 1 tersebut merupakan tetenger dan simbol sejarah pendidikan di Kabupaten Kendal. Tidak hanya itu saja gedung sisa peninggalan masa pergerakan yang terletak di jalan pemuda akhirnya juga tinggal kenangan saja. Gedung yang pernah dipergunakan sebagai tempat bersekolah untuk bangunan kelas SMA 1 Kendal akhirnya berganti menjadi rumah walet yang struktur bangunannya sudah berubah sama sekali. Nampaknya upaya penghancuran BCB semakin lama semakin gencar. Pemerintah tidak mampu menutup kemauan elit politik yang berkuasa untuk bekerja sama menghilangkan bangunan yang dianggap mengotori panorma perkotaan. Kalau pun masih ada sisa bangunan BCB tersebut, tetap saja pemerintah tidak mampu menciptakan pemeliharaan yang optimal. Contohnya saja bangunan sisa stasiun kereta api kolonial Belanda yang ada di desa Bugangin Kendal. Banyak bangunan ini yang terlantar dan dianggap tidak mempunyai nilai historis sama sekali. Kita dapat melihat rumah dinas Perumka yang dindingnya terkelupas dengan cat yang tidak pernah diperbaiki dengan sebaiknya. Keadaan bangunan ini sama dengan rumah dinas karyawan PG Cepiring yang terbiarkan tanpa penghuni. Kejayaan PG Cepiring yang mampu mensejahbterakan pegawainya seolah tidak berbekas ketika kita menyaksikan dengan mata kepala sendiri keruntuhan di sudut-sudut tertentu BCB tersebut.

Label:


Baca Selengkapnya Klik disini !

Kamis, 04 Februari 2010

PERANG DUNIA II: ANTARA KEGAGALAN DAN KEGAGAHAN

Perang identik dengan dunia kekerasan. Negara yang terlibat peperangan adalah mereka yang memandang bahwa mengalahkan bangsa dan negara lain adalah sebuah kebutuhan penaklukan yang bermuara pada penguasaan ekonomi dan politik atas negara yang kalah perang. Benturan antara dua kekuatan atau lebih ini yang menyebabkan berkecamuknya peperangan yang meluas pada negara-negara dunia ketiga yang sebelumnya tidak terlibat dan tak tahu menahu. Di sisi yang lain, peperangan dianggap sebagai pintu masuk menuju perdamaian. Bagi mereka, perdamaian hanya ada jika negara yang dianggap telah ditaklukkan melalui peperangan itu sendiri. Lalu, bagaimanakah sebetulnya esensi adanya peperangan sendiri? Sejauhmana misi perdamaian pasca perang dunia II tersebut dapat berlangsung dalam masa perang dingin yang melibatkan dua kekuatan negara adikuasa Amerika Serikat dan Uni Soviet? Tulisan ini akan berbicara pada dua hal utama tersebut.

Perang dunia II terjadi karena keteledoran pemimpin sebuah bangsa yang terlalu gegabah merumuskan emosi dan spirit kebangsaannya untuk tujuan yang kabur. Kita melihat bahwa tokoh seperti Adolf Hitler dan Moussolini mencoba menerjemahkan kemauan bangsa dalam bentuk ideologi fasisme agar tercipta penyatuan rakyat Jerman dan Italia sebagai upaya mengembalikan makna kejayaan masa lalu mereka pada konteks waktu yang berbeda. Adanya bentuk perjanjian pasca Perang Dunia I seperti perjanjian Versailles, St. Germain, Neully, dan Sevres maka wilayah Jerman dan sekutunya terkikis habis. Jerman yang pernah menjadi bangsa besar tiba-tiba harus menanggung malu luar biasa. Di sisi lain Liga Bangsa-Bangsa yang dipercaya untuk membawa perubahan yang bijak pasca perang juga tidak berfungsi secara optimal. Organisasi ini bertindak dengan standar ganda. Untuk memecahkan persoalan yang menyangkut negara kecil, LBB terbukti memiliki kemampuan, namun ketika menyangkut konflik yang melibatkan negara besar, maka LBB tidak mampu bertindak adil.

Melihat hal di atas, perasaan sakit hati kolektif, persoalan kejayaan masa lalu sebuah bangsa dan ketidakberesan sebuah organisasi berskala dunia yang tak mampu berfungsi dengan baik, pada akhirnya menciptakan peperangan yang relatif besar. Masa 20 tahun (1919-1939)pasca Perang Dunia I, tidak mampu dimanfaatkan bagi bangsa-bangsa Eropa untuk meredakan api permusuhan yang pernah tercipta diantara mereka. Perdamaian yang berjalan selama 20 tahun hanyalah tahapan bagi bangsa Eropa untuk melakukan kekejaman kemanusiaan lagi. Mereka memendam kekesalan sebagai bangsa pecundang yang akhirnya memicu melakukan pembalasan dalam bentuk Perang Dunia II.

Perang Dunia II melahirkan kesengsaraan bagi negara yang terlibat peperangan secara langsung. Di sisi yang lain, kehancuran negara Eropa akibat perang tersebut mampu memberikan penyadaran bagi mereka bahwa peperangan hanya menuai kekesalan, kekecewaan, dan kemerosotan sosial ekonomi. Namun demikian, untuk membangkitkan keadaan perekonomian sebuah bangsa, mereka membutuhkan bantuan dari negara adikuasa seperti Uni Soviet dan Amerika Serikat sebagai negara yang mampu memanfaatkan situasi konflik untuk kepentingan ekonomi dan militernya.

Lalu, siapa yang menikmati situasi pasca perang dunia II? Tentu saja Perang Dunia II melahirkan dua negara adikuasa yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Dua negara inilah yang akhirnya berperan penting dalam peta percaturan politik dunia. Mengapa? Jelas sekali bahwa kedua negara ini memiliki suplai ekonomi dan militer yang paling kuat. Pada saat perang dunia I dan II, wilayah kedua negara ini tidak terlalu signifikan sebagai kancah peperangan. Dengan demikian, prasarana vital mereka jelas tetap terpelihara dan terjaga secara aman. Mereka mampu menyediakan apa saja kebutuhan yang menyangkut kepentingan ekonomi dan politik.

Namun demikian, ada beberapa hal yang menyebabkan kedua negara tersebut terpisah. Muatan kepentingan ideologis yang tidak sama menjadi faktor terpenting bagi mereka untuk memisahkan diri. Uni Soviet sebagai negara yang berideologi sosialis-komunis jelas tidak akan mampu berkolaborasi dengan Amerika Serikat yang berideologi Kapitalis-Liberal. Adanya kekuasaan yang dimiliki sama besarnya tetapi berbeda kepentingannya ini menyebabkan kedua negara adikuasa tersebut mempunyai cara-cara tertentu untuk mengembangkan jaringan dan wilayah pasar bagi produk ekonomi mereka.

Label:


Baca Selengkapnya Klik disini !

Selasa, 02 Februari 2010

MEWACANAKAN SEJARAH MASA LALU, KINI, DAN ESOK*

Dewasa ini, sejarah semakin ditinggalkan oleh sebagian masyarakat. Kehidupan yang pragmatis memberi ruang yang sempit untuk berpikir reflektif dan futuristik. Mereka terperangkap dalam budaya sesaat yang menekankan pada sesuatu yang bersifat materialistik. Dalam konteks yang demikian, kesadaran masa lalu dan bayangan masa depan yang hendak dilalui tidak berkembang.


Dalam masyarakat yang tidak mempunyai kesadaran historis tersebut akan melahirkan generasi yang cacat secara sosial dan budaya karena kehilangan identitas dan jati dirinya. Situasi ini menjadikan generasi bangsa tersebut menjadi rapuh, mudah dipengaruhi bangsa lain, dan tidak mempunyai kebanggaan yang dapat dijadikan modal dasar membangun masa depannya.

Pada dasarnya tugas sejarawan adalah menemukan, melukiskan, dan menerangkan. Masa lalu hanya sekali terjadi dan hilang ditelan waktu. Masa lalu dapat dihidupkan kembali melalui rekonstruksi sejarah yang dilakukan sejarawan. Usaha rekonstruksi masa lalu dimulai dari menemukan dan mengumpulkan sumber, menyeleksi data, membangun fakta, menyusun kisah dan menerangkannya. Hasilnya dituangkan ke dalam bentuk tulisan sejarah. Itulah tahapan kerja sejarawan yang mesti dilalui untuk menemukan apa yang kemudian disebut "inilah sejarah."

*Penulis adalah Dr. Warto, M.Hum (Dosen Sejarah UNS Solo). Tulisan ini adalah hasil ringkasan dari makalah beliau dalam kegiatan Sosialisasi Pemberdayaan dan Fasilitasi Lembaga Organisasi Kesejarahan oleh Seksi Kesejarahan Bidang Kesejarahan dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah 23-25 Maret 2009 di P2PNFI Regional II Jl Diponegoro 250 Ungaran.

Label:


Baca Selengkapnya Klik disini !

SPIRIT DAN AKTUALISASI KESEJARAHAN UNTUK PEMAHAMAN RASA KEBANGSAAN*

Apabila bercakap tentang sejarah, pasti yang terlintas adalah kejadian masa lalu yang terkait kehidupan manusia. Namun demikian tidak semua peristiwa masa lalu menjadi sejarah, sejatinya hanya peristiwa yang mempunyai makna istimewa bagi kehidupan berbangsa yang menarik perhatian dunia kesejarahan.

Dewasa ini ada tanda-tanda bahwa masyarakat Indonesia sudah mengabaikan peran penting sejarah dalam kehidupan. Mereka menganggap bahwa sejarah adalah ilmu yang tidak perlu dipelajari dan dipandang sebelah mata saja. Buktinya, dalam kurikulum pendidikan kita, sejarah sering menyatu dengan mata pelajaran PKn atau IPS lainnya serta mendapatkan porsi jam pelajaran yang minim.

*Penulis adalah Dra. Eko Heri Widiastuti, M.Hum. Tulisan ini adalah hasil ringkasan makalah beliau yang disampaikan dalam kegiatan Sosialisasi, Pemberdayaan, dan Fasilitasi Lembaga Organisasi Kesejarahan yang diselenggarakan oleh Seksi Kesejarahan Bidang Kesejarahan dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah di Ungaran 23-25 Maret 2009.

Label:


Baca Selengkapnya Klik disini !