Bapak/Ibu dan Anak-anakku yang
sekalian, pagi hari ini kita melaksanakan upacara bendera dalam rangka
memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-84 tahun. Artinya hampir seabad kita
merayakan sebuah ikon sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda
menjadi awal penyatuan suku bangsa, ras, dan bahasa dalam setiap perjuangan
politik kita.
Kita tahu, rapat tanggal 27-28
Oktober 1928 membahas keputusan politik dari beberapa organisasi dan kelompok
yang mengatasnamakan ideologi dan suku yang berbeda untuk bersepakat tentang kesatuan
bahasa, tumpah darah, dan tanah air yang bernama Indonesia. Beberapa kelompok
organisasi yang tergabung dalam kongres Pemuda Indonesia II tersebut adalah
Jong Java, Jong Batak Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Sumatra Bond, Jong
Ambon, Jong Sunda, Jong Celebes, dan Pemuda Kaum Betawi. Bahkan ada perwakilan
dari Sarawak yang waktu itu belum terbentuk negara Malaysia, dan juga pejabat
Belanda yang bernama Van Der Plass.
Bapak/Ibu dan Anak-anakku,
dalam Sumpah Pemuda dikumandangkan untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya
ciptaan W.R. Supratman. Lagu kini sangat sesuai dengan semangat jaman dan
mentalitas yang berkembang pada suasana rapat maupun politik saat itu, sehingga
oleh yang hadir, lagu Indonesia Raya langsung disepakati untuk dijadikan lagu
pusaka atau kebangsaan Indonesia.
Ada beberapa pesan yang dapat
kita ambil dari peristiwa bersejarah Sumpah Pemuda dalam konteks masa kini.
Pertama, kesediaan perwakilan suku dan daerah untuk bekerja sama dalam rangka
mencapai tujuan bersama, yaitu Indonesia Merdeka. Masing-masing daerah tidak
mengutamakan semangat primordialisme mereka untuk sesuatu yang kaku. Melainkan
mereka bersepakat untuk menyamakan visi dan misi dalam rangka mengejar tujuan
yang lebih utama, yaitu kemerdekaan Indonesia. Kedua, semangat cinta damai
diantara peserta rapat Sumpah Pemuda. Mereka menunjukkan pada generasi sekarang
bahwa tujuan jangan sampai mengabaikan cara. Tujuan berpolitik dapat dilakukan
dengan kesantunan dengan cara bermusyawarah dan bermufakat serta adu
argumentasi dengan landasan logika sehat dan ilmiah. Ketiga, spirit altruisme
atau perasaan rela berkorban yang berkembang pada peserta rapat. Rapat sumpah
pemuda yang tidak dihadiri Ir. Soekarno dan Hatta tersebut memberikan
ketauladanan pada generasi sekarang tentang pentingnya kebersamaan dan
solidaritas atas nama Indonesia, bukan Jawa, Sumatra, Bali, atau Sulawesi.
Bapak/Ibu dan Anak-anakku,
Sumpah Pemuda memberikan ketauladan langsung pada diri kita. Generasi muda
sekarang dapat mengacu langsung pada semangat pemuda-pemudi Indonesia saat itu.
Pemuda adalah tulang punggung negara dan sekaligus agen sebuah perubahan. Tanpa
pemuda yang cerdas, kreatif, dan berani, bangsa kita akan tetap berjalan di
tempat dan tak akan pernah bisa mengatasi persoalan bangsa yang hingga hari ini
masih tetap ada yaitu, lunturnya nasionalisme, rendahnya kualitas pendidikan,
serta korupsi yang menggerogoti di semua elemen negeri ini. Oleh karena itu,
sejarah Sumpah Pemuda menciptakan harapan-harapan baru untuk generasi muda yang
hari ini belajar di sekolah yang bernama SMA Negeri 2 Kendal. Setidaknya,
kalian semua bisa mengambil semangat keberanian pemuda masa lalu untuk berani
tampil ke depan secara kritis memberi kritik, saran, dan solusi atas apa yang
terjadi di lingkungan sekitar kita. Akhirulkalam, mohon maaaf atas apa yang
sudah kami sampaikan bila menyinggung perasaan Bapak/Ibu dan Anakku. Sekian.