forum guru sejarah kendal

sebuah wadah bagi guru sejarah dan pemerhati budaya untuk memperbincangkan dunia kesejarahan, mengembangkan wawasan kebhinekaan, dan menerabas sekat primordial yang sesat, agar mampu mencipta kebersatuan negeri ini tanpa pernah menepis keperbedaan kesukuan, kultur, bahasa, dan tradisi.

Jumat, 08 Juli 2011

MENENGOK KISAH HEROIK UMAT ISLAM DI MALANG Oleh: Puji Handayani*

Bagi para pecinta wisata, nama Malang mungkin sudah tidak asing lagi. Kawasan yang terletak di dataran cukup tinggi dari permukaan air laut ini membuat suasana mnejadi sejuk. Malang adalah kota yang berudara sejuk yang terletak 90 km dari selatan kota Surabaya. Selain terkenal sebagai kota wisata juga terkenal sebagai kota bunga dan kota pelajar.

Malang adalah sebuah wilayah peradaban tua yang tergolong pertama kali muncul dalam sejarah Indonesia sejak abad ke7 M. di kota ini tersimpan bnayak sekali peninggalan sejarah baik pada masa kerajaan Kanjuruhan, Mataram Hindu, Kediri, Singosari, Majapahit hingga pada masa colonial Belanda dan pra-kemerdekaan.

Namun lebih dari itu tahukah anda bahwa Malang pernah menjadi saksi perjuangan kemerdekaan yang dipelopori oleh ulama dan santri. Umat islam bersatu padu dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Pada masa pra-kemerdekaan ada dua derakan yang terkenal yaitu Hizbullah dan Sabilillah. Dua gerakan ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan, Hizbullah adalah wadah perjuangan para santri sedangkan Sabilillah adalah wadah perjuangan para kyai, ulama dan mereka yang sudah berusia dewasa.

Masjid Agung Jami’ Malang
Masjid ini merupakan bangunan tua dan bersejarah di kota Malang, usianya mencapai satu abad lebih. Hingga tahun 2008, masjid ini telah mengalami beberapa kali pemugaran. Namun dua menara yang menjadi cirri khas masjid ini masit tetap dipertahankan. Kondisi alam kota Malang yang dingin menajdikan masjid ini didesain khusus oleh pemerinyah Belanda sebagai Kota Peristirahatan.

Masjid Agung Jami’ memiliki tiga bagian. Di tengah sebagai ruangan induk biasanya digunakan oleh jamaah lelaki, sedangkan sebelah kanan diperuntukkan bagi jamaah perempuan, serta disebelah kiri merupakan bangunan khusus bagi pengurus masjid dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Pemerintah kota Malang telah berhasil mempertahankan Masjid ini sebagai bangunan bersejarah dan memiliki nilai plus sehingga tetap menghidupkan aspek religious,keunikan arsitektur juga.

Masjid Sabilillah
Di jalan Ahmad Yani Belimbing Malang ada sebuah bnagunan yang megah yang bernma Masjid Sabilillah. Masjid ini memiliki memori perjuangan umat islam. Dinamakan Sabilillah karena masjid ini pernah dijadikan benteng pertahanan dan strategi para syuhada yang berperang melawan angkara murka penjajah. Hal ini terbukti dengan adanya sebuah monumen sederhana.
Di teras masjid ada sebuah prasasti kecil untuk mengenang perjuangan kemerdekaan yang dipelopori oleh alim ulama. Prasasti itu berbunyi: “Masjid Sabilillah sebagai monument perjuangan kemerdekaan RI 1945 yang dipelopori oleh alim ulama.”

Prasasti itu menegaskan bahwa di Malang menyimpan kisah heroikyang dilakukan oleh umat islam pada masa pra dan pasca kemerdekaan. Kelompok yang melakukan perlawanan itu dipelopori oleh para ulama. Kelompok pejuang berkumpul dalam wadah bernama Lascar Sabilillah. Dan masjid ini merupakan saksi bisu dari kisah heroic kaum syuhada.

Ihwal riwayat pendirian masjid ini adalah keprihatinan dari sekelompok ulama di Malang karena kisah heroic tidak dikenang dan mulai dilupakan bangsa Indonesia. Sebagai bentuk terima kasih atas jasa para syuhada dan upaya mengenang perjuangan mereka, masjid ini didirikan. Selain sebagai rumah ibadah juga sebagai monument perjuangan dimana para ulama yang tergabung dalam barisan Sabilillah pernah berjasa dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia.
Sabilillah adalah lascar rakyat yang paling kuat yang pernah hidup di bumi Indonesia. Meskipun disisihkan dalam sejarah dan museum-museum yang ada di negeri ini, masyarakat Malang mengabadikan dalam sebuah bangunan ibadah dan prasasti.

Masjid Hizbullah
Selain masjid Sabilillah, di kota ini juga terdapat masjid Hizbullah yang terletak di jalan masjid Singosari 11 km dari kota Malang. Awalnya masjid tersebut tidak bernama Hizbullah. Sebelum tahun 1966, masjid ini dikenal dengan nama masjid Jami’ Singosari. Namun atas kesepkatan takmir dan untuk mengenang lascar perjuangan santri, pada tahun 1966 masjid ini diberi nama

Masjid Besar Hizbullah.
Pada masa perang fisik melawan penjajah sambil menunggu bergabungnya para pemuda yang sudah terlatih kemiliteran di Cibarusah, lascar Hizbullah dan Sabililah yang telah mendapatkan motivasi dari para kyai diberangkatkan ke Surabaya. Mereka siap menyatakan tempur di Surabaya pada November 1945untuk menghadang sekutu. Lascar Hisbullah dan Sabillillah berkumpul di Singosari dengan bersenjatakan bambu runcing, ketapel dan senjata tajam. Ketika terjadi pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, setiap pejuang yang mencintai kemerdekaan Indonesia ikut mengangkat senjata dalam mengusir tentara sekutu. Dari kota Malang tidak sedikit para pejuang yang berani meninggalkan kotanya guna ikut bergabung bersama para pejuang lainnya.

Pada minggu keempat di bulan November, pasukan yang tergabung dalam Hisbullah dan Sabilillah mengalir ke medan pertempuran di Surabaya. Di antara mereka tidak sedikit yang gugur sebagai kusuma bangsa di daerah pertempuran mulai Wonokromo, Waru, Baduran dan lainnya.

Singosari sebagai pusat markas Sabilillah rupanya menjadi benteng kokoh bagi Belanda yang bernafsu untuk memasuki kota Malang. Namun, dalam sebuah pagi buta di tahun 1947, Belanda di bawah pimpinan Jenderal Spoor menggempur dengan menembakkan meriam dan mortir hingga Singosari dan Malang hancur berantakan.

Menurut data yang diungkap Majalah al Mujtama’ Malang merupakan pusat kekuatan Hisbullah dan Sabilillah yang digalang untuk bergerak menuju Surabaya yang waktu itu akan diduduki oleh penjajah dan dikenal dengan peristiwa 10 November. Batalyon Hisbullah adalah tentara yang sangat ganas dan ditakuti musuh, karena dalam gerakannya tidak menunggu komando atasan.

*Penulis adalah Mahasiswi semester 2 STAI AL Azhar Gresik Jurusan Pendidikan Agama Islam.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda