forum guru sejarah kendal

sebuah wadah bagi guru sejarah dan pemerhati budaya untuk memperbincangkan dunia kesejarahan, mengembangkan wawasan kebhinekaan, dan menerabas sekat primordial yang sesat, agar mampu mencipta kebersatuan negeri ini tanpa pernah menepis keperbedaan kesukuan, kultur, bahasa, dan tradisi.

Senin, 13 Juli 2009

MENUMBUHKAN SPIRIT KEPEMIMPINAN BAHUREKSO SEBAGAI MODAL MEMBANGUN KABUPATEN KENDAL*

Angan kita kadang sesekali terbayang melayang pada hadirnya seorang sosok yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita, khususnya warga Kendal. Sosok tersebut tidak lain adalah seorang pejuang bernama Ki Tumenggung Bahurekso yang memiliki jiwa kepemimpinan dan ksatria tangguh di zamannya. Bukti ketangguhan dan kepemimpinannya dapat terlihat pada saat mendapat tugas khusus dari penguasa Mataram untuk mengusir VOC dari bumi pertiwi.


Meski pada akhirnya perjuangan beliau kandas ditengah jalan Tumenggung Bahurekso wafat ditengah lautan dalam peperangan membebaskan diri dari belenggu penjajah, namun kebesaran jiwa semangat juang melawan si angkara murka, membahana mengisi relung hati warga Kendal.

Tumenggung Bahurekso dapat kita jadikan acuan di masa sekarang ini untuk menggapai pertumbuhan generasi muda, jiwa ksatria yang dimiliki beliau tentunya menjadi motor penggerak bagi kaum pelajar saat ini untuk melangsungkan pembangunan yang ada di Kabupaten Kendal.

Dengan demikian, ada baiknya apabila kita lebih aktif untuk menampilkan spirit yang dicontohkan oleh Bahurekso sehingga kita lebih memiliki semangat dalam menempuh laju pembangunan khususnya yang ada di Kabupaten Kendal tentunya hal itu juga kita landasi dengan mengenal sejarah lokal yang ada. Jangan hanya menjadi orang Jawa yang ketinggalan. Begitu juga untuk para siswa dan semua masyarakat Kendal yang kurang tahu menahu tentang sejarah Kota Kendal.

Oleh karena itu, tulisan dibawah ini berusaha menampilkan sedikit peristiwa tentang spirit Bahurekso, yang ditujukan untuk generasi muda / pelajar dalam mengenyam pembangunan khususnya di Kabupaten Kendal.


Tinjauan Historis Kabupaten Kendal
Pada masa kerajaan Mataram dibawah Sultan Agung. Ada seorang punggawa kerajaan yang bernama Ki Ageng Cempaluk, yang karena kesalahannya ia dipecat oleh kerajaan. Sejak itu Ki Ageng Cempaluk tinggal di sebuah desa yaitu kesesi, dan Ki Ageng Cempaluk mempunyai putra yang bernama Jaka Bau; nama Bau itu sendiri mempunyai makna yaitu sebuah pundak yang berfungsi menompang beban berat, Bau juga dapat pula berarti bumi. Jaka Bau diasuh dan dididik dengan penuh kasih sayang oleh ayah handanya Ki Ageng Cempaluk.

Kemudian putra mantan pengabdi kerajaan Mataram itu. Dikenal dengan nama Jaka Bau Rekso atau Bahurekso yang berarti tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan kewajiban, ternyata mampu melaksanakan hal-hal yang tidak dapat dikerjakan oleh kebanyakan orang pada waktu itu.

Keberanian dan kehebatan Bahurekso menarik perhatian Sultan Agung; dengan melalui Bupati Kleyengan yang bernama Tumenggung Dipa Kusuma, diperintahkan untuk mencoba sejauh mana kesaktian, keberanian dan tingginya rasa pengabdian Bahurekso untuk membuka hutan belantara di daerah pekasongan yang terkena dengan alas roban yang akan digunakan. Untuk kawasan pertanian / persawahan sebagai tempat persediaan makanan untuk bekal menyerang ke Batavia kelak.

Tugas ini dilaksanakan dengan sukses, berarti Bahurekso telah mampu mengondisikan kawasan tersebut untuk pertanian / persawahan. Di samping itu Bahurekso juga telah berhasil menumpas kerusuhan dan pemberontakan terhadap pemerintahan kerajaan Mataram.

Kepemimpinan Tumenggung Bahurekso
Pengangkatan Bahurekso sebagai Tumenggung Kendal
Bahurekso merupakan juru bicara Sultan Agung, kepada J.P Coen saat peristiwa Jepara tanggal 8 Agustus 1818. Peristiwa Jepara adalah peristiwa penyerangan penduduk pribumi terhadap keji Belanda. Sejalan makin tegangnya hubungan dagang antara Mataram dengan VOC yang telah berhasil mendirikan kantor dagangnya di Batavia, Bahurekso muncul sebagai diplomat Mataram yang penting. Pada tahun 1619, Bupati Kendal yang seorang Jawa terkemuka ini datang ke Batavia dengan membawa berita bahwa raja tidak berniat membunuh para tahanan Belanda, tidak juga membebaskan mereka dengan penggantian uang, kecuali jika diminta.

Dalam keputusan itu hasilnya mengecewakan karena Raja Mataram mengatakan agar VOC menyadari dulu yang diderita oleh Raja Mataram, akibat perbuatan orang-orang Belanda, Perdro yang menjadi Juru bicara VOC diperlakukan tidak sopan oleh rakyat dari Tumenggung Bahurekso. Akibat tindakan itu Coen menyatakan bahwa di Mataram terdapat kebencian terhadap orang-orang asing.

Peristiwa di Jepara disampaikan oleh Coen kepada Raja Mataram. Raja Mataram memberikan jawaban bahwa rasa tidak menghendaki perang, meskipun ia bersedia bertempur dengan orang Belanda. Wakil perdagangan Belanda di Jepara ditahan oleh pihak Mataram karena kesalahan sendiri. Jika tahanan itu diinginkan kembali, maka hendaknya Coen mengirim orang kepada Tumenggung Bahurekso dari Kendal untuk memintanya.

VOC memberikan jawaban bahwa ia ingin damai, dengan syarat orang-orangnya harus dikembalikan dulu. Dalam surat itu juga memberikan ancaman jika tidak dikabulkan VOC akan berbuat sesuatu yang merugikan pihak Raja Mataram. Surat ini mendapat tanggapan, para tahanan dipersilahkan datang dari taji ke kota Istana tetapi mereka harus berdiam satu mil, dari kraton langsung dibawa ke Tegal. Tumenggung setempat ditugasi untuk berunding, hasil perundingan yaitu : para kedua belah pihak harus saling maaf-maafan dan saling tukar tahanan.

Raja menghendaki armada perang Mataram melintasi Banten dan Surabaya. Kapal dagang bebas melintas Malaka, Putani dan Johor, Raja Mataram bahkan menawarkan membantu kompeni jika Voc hendak menyerang Banten. Di Jepara dijanjikan sebuah loji baru. Koja Hulubalang akan diganti oleh Tumenggung Bahurekso. Selanjutnya Bahurekso-lah yang akan mengatur hubungan dengan orang-orang Belanda. Mereka selanjutnya dapat mengharapkan penjualan beras dan mereka dengan syarat membayar bea cukai.
Pemerintahan tertinggi Batavia bersedia mengutus Letnan A Coen ke Tegal, untuk itu lima orang tahanan yang masih ditahan diminta membayar kurang dari 5.000 real, ini terlalu tinggi karena kompeni memiliki 150 tahanan orang Mataram, oleh karena kompeni memandang uang tebusan terlalu tinggi maka tak dihiraukan.

Akibat tidak adanya penyelesaian itu, maka kedua belah pihak menyatakan perang. Dalam situasi ini Bahurekso memberi surat yang ditujukan kepada seorang Kapten di Malaka, tujuan Bahurekso adalah untuk memancing serangan orang-orang Portugis terhadap Batavia, surat itu jatuh ke tangan Kompeni karena kapal yang ditumpangi utusan Mataram ditahan kompeni. Bahurekso tidak peduli terhadap penahanan itu dan mengirim kembali 29 perahu beras ke Malaka.

Peristiwa ini dipahami sebagai jalan damai hubungan antara Mataram dengan VOC. Sebagai pengukuhan hubungan baik antara keduanya, maka VOC membebaskan tahanan Kawula Tumenggung Bahurekso, selain itu juga dikirim hadiah-hadiah berharga.

Mengimplementasikan Strategi Kepemimpinan Bahurekso dalam Konteks Pengentasan Persoalan Ekonomi
1. Persoalan Tenaga Kerja
Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat ditunjukkan oleh makin tinggi dan meratanya tingkat pendapatan masyarakat dengan jangkau lembaga jaminan sosial yang lebih menyeluruh. Mantapnya sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Sumber daya manusia Kabupaten Kendal diharapkan berkarakter cerdas, tangguh, kompetitif berahlak mulia, bermoral berdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragama, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berbudi luhur, toleran terhadap keberagaman, bergotong royong, patriotik, dinamis dan berorientasi iptek. Kesadaran sikap, mental, dan perilaku masyarakat yang makin mantap dalam pengelolaan sumber dauya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan sehingga masyarakat mampu berperan sebagai penggerak bagi konsep pembangunan berkelanjuran dalam kehidupan sehari-hari.
Jika kita melihat lebih dekat kita dapat mengetahui bahwa, masih banyak penduduk yang belum memiliki pekerjaan. Hal ini membuktikan bahwa Kendal masih belum mampu mengoptimalkan diri guna mengatasi persoalan ekonomi. Untuk itu kita sebagai warga negara harus memiliki SDM yang berkualitas, semangat yang tinggi untuk mencapai pertumbuhan pembangunan yang berkualitas. Dengan begitu kesejahteraan penduduk disetiap daerah meningkat seiring makin rendahnya penggangguran dan jumlah penduduk miskin.

Tumenggung Bahurekso seharusnya dapat dijadikan bahan acuan khususnya bagi pemimpin tertinggi di Kabupaten Kendal ini guna mengkondisikan sebaik-baiknya apa yang telah diperjuangkan oleh Tumenggung Bahurekso. Bagi para pemimpin yang memegang peranan penting di Kabupaten Kendal ini dapat mencontoh spirit Bahurekso di masa silam. Bagaimana sepak terjang beliau dalam mensejahterakan rakyatnya khususnya masalah tenaga kerja.

2.Persoalan Kemiskinan
Berbagai kinerja telah berhasil memperbaiki stabilitas ekonomi walaupun demikian kinerja tersebut belum mampu memulihkan pertumbuhan ekonomi ke tingat seperti sebelum krisis. Walaupun secara bertahap berkurang jumlah penduduk miskin masih cukup tinggi, baik di kawasan pedesaan maupun perkotaan terutama di sektor pertanian dan kelautan. Oleh karena itu kemiskinan masih menjadi perhatian penting dalam pembangunan 20 tahun yang akan datang. Luasnya wilayah dan beragamnya kondisi sosial budaya masyarakat menyebabkan masalah kemiskinan di Kabupaten Kendal menjadi sangat beragam dengan sifat-sifat lokal yang kuat dan pengalaman kemiskinan yang berbeda. Masalah kemiskinan bersifat multidimensi, karena bukan hanya menyangkut ukuran pendapatan, melainkan karena juga kerentanan dan kerawanan orang atau masyarakat untuk menjadi miskin.

Selain itu, kemiskinan juga menyangkut kegagalan dalam pemenuhan hak dasar dan adanya perbedaan perlakuan seseorang atau kelompok masyarakat dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hal tersebut karena motor penggerak pertumbuhan masih mengandalkan konsumsi, sektor produksi belum berkembang karena sejumlah permasalahan berkenaan dengan tidak kondusifnya lingkungan usaha yang menyurutkan gairah investasi. Diantaranya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) serta lemahnya daya saing nasional terutama dengan makin ketatnya persaingan ekonomi antar negara lemahnya daya saing tersebut juga diakibatkan oleh rendahnya produktivitas SDM serta rendahnya produktivitas SDM.

Dalam rangka keanekaragaman pembangunan yang berkelanjutan, keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam terus dipelihara dan dimanfaatkan untuk terus dipertahankan nilai tambah dan daya saing masyarakat serta meningkatkan modal pembangunan daerah pada masa yang akan datang.


3.Persoalan Pendidikan
Namun saat ini taraf pendidikan penduduk Kabupaten Kendal relatif masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik. Hal tersebut terutama disebabkan oleh ketersediaan pendidik belum memadai baik secara kuantitas maupun kualitas, kesejahteraan pendidik masih rendah. Fasilitas belajar belum tersedia secara mencukupi, dan biaya operasional pendidikan belum disediakan secara memadai, ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan dasar dan menengah banyak yang rusak, hingga tahun 2006 tercatat 1716 gedung rusak berat, 1929 rusak sedang, 2934 rusak ringan dan baru sebagian telah diperbaiki (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal tahun 2006).

Belum adanya link dan match antara pendidikan dan dunia kerja. Biaya pendidikan tinggi, serta monitoring dan evaluasi kegiatan belajar mengajar masih belum optimal. Hal tersebut diperburuk lagi oleh tingginya disparitas taraf pendidikan antar kelompok masyarakat.

Sebuah Penutup
Angan-anganpun menerawang, menembus batas waktu perjalanan pada masa silam, kala itu para pejuang mati-matian mengusir penjajah. Berjuang demi kemerdekaan kita, seperti halnya yang dilakukan oleh Tumenggung Bahurekso. Berkat mereka pula, kita sekarang dapat berkumpul dalam suasana damai, penuh candaria dan persaudaraan. Bukankah kita sebagai penerus bangsa, melanjutkan perjuangan mereka dengan mengisi pendidikan ini sebagai modal awal pembangunan khususnya yang ada di Kabupaten Kendal ini.

Semangat Bahurekso yang selalu pantang menyerah itu sudah sepatutnya kita harapkan dalam cara belajar kita, bekerja dan berusaha untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik. Terutama untuk seluruh masyarakat Kendal agar selalu semangat mengukir prestasi di segala bidang demi terciptanya kembali kemajuan dan kejayaan Kendal. Seperti yang telah dicontohkan dan diukir oleh Tumenggung Bahurekso.


DAFTAR PUSTAKA

Graaf, N. J. de. 1990. Puncak Kekuasaan Mataram. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Moenadi. 2006. Pendapat dan Harapan. Makalah Seminar Hari Jadi Kota Kendal. Tidak diterbitkan.

Rochani, Ahmad Hamam. 2003. Babad Tanah Kendal. Kendal: Intermedia Paramadina.

Soerojo, A.M. Djuliati. 2006. Menelusuri Hari Jadi Kota Kendal. Makalah Seminar Hari Jadi Kota Kendal. Tidak diterbitkan.

Tim Penulis. 2005. Sejarah Hari Jadi Kabupaten Kendal. Kendal: Pemkab Kendal.

*Penulis: Bachtiar Fajar Kurniawan, pelajar kelas XII.IS.3 SMA Negeri 2 Kendal. Tulisan ini adalah hasil ringkasan dari LKTI dalam rangka Lomba Hari Jadi Kabupaten Kendal tahun 2008.

Label:

1 Komentar:

Blogger Unknown mengatakan...

Cerita ini untuk anak2 saya agar tahu siapa moyangnya yang sebenarnya. Matur nuwun. Salam & bakti kagem sedaya kawula Metaram.

4 Desember 2010 pukul 21.04  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda