forum guru sejarah kendal

sebuah wadah bagi guru sejarah dan pemerhati budaya untuk memperbincangkan dunia kesejarahan, mengembangkan wawasan kebhinekaan, dan menerabas sekat primordial yang sesat, agar mampu mencipta kebersatuan negeri ini tanpa pernah menepis keperbedaan kesukuan, kultur, bahasa, dan tradisi.

Rabu, 20 Mei 2009

PARIWISATA DAN EKSOTISME BUDAYA KALANG*

Umumnya masyarakat menganggap bahwa potensi budaya yang dapat digali untuk kepentingan pariwisata adalah atraksi tari-tarian dan wisata kuliner yang baru-baru ini secara serentak mengemuka di sejumlah media. Meskipun hal itu memang baik dan mampu memperkenalkan potensi lokalitas budaya suatu daerah namun bukan berarti tidak ada potensi budaya lainnya yang layak dan memiliki nilai jual yang tidak kalah pentingnya.

Jika kita mau jujur dan melihat mengapa pulau Bali mempunyai potensi wisata yang tinggi hingga diminati banyak turis asing adalah kekayaan kulturalnya yang sangat unik. Bali mampu mengeksplorasi adat-istiadat dan tradisinya yang berbeda dengan daerah lainnya. Bali menawarkan sejuta potensi budayanya yang sangat lengkap. Bali tidak saja menjual panorama alamnya yang indah tetapi yang lebih penting adalah menjual budaya lokalnya baik adat, tradisi, ritual, dan kebiasaan mereka pada masyarakat global yang sudah jenuh dengan gemerlap globalisasi dan modernisasi.

Sebenarnya, apa yang terjadi di pulau Dewata itu dapat dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten-kabupaten lain di Indonesia. Pengelolaan potensi budaya yang tidak hanya mengedapankan unsur tarian dan kuliner dapat dilakukan oleh pihak terkait dengan memperhatikan potensi budaya apa yang dimiliki oleh kabupaten/wilayah yang bersangkutan.

Sebagai sebuah contoh adalah potensi budaya di Kabupaten Kendal. Kabupaten Kendal yang sebagian wilayahnya terletak di kawasan pesisir di beberapa desa dihuni oleh sebagian masyarakat yang mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Kalang. Orang Kalang menempati desa-desa Krompakan, Lumansari, Saribaru, Poncorejo, Pucangrejo, Bumiayu, Teratai, Montongsari, Sendang Dawuhan, Wonotenggang, dan sebagainya yang umumnya menempati wilayah Kecamatan Gemuh dan Rowosari. Keunikan budaya orang Kalang ini adalah adat dan tradisinya yang mirip dengan budaya Hindu di Bali. Jika orang Hindu Bali mempunyai tradisi upacara ngaben dan galungan, maka orang Kalang di pesisir Kendal ini masih memelihara upacara obong mitongdino dan sependhak serta gegalungan gegumbregan. Dalam upacara pembakaran dalam rangka kematian sependhak itu orang Kalang membuat boneka yang disebut puspa. Puspa ini mirip dengan boneka yang ada dalam ritual lanjut ngaben yang disebut sebagai puspa sarira. Istilah tirta dalam ritual obong juga sama dengan istilah tirta dalam ritual-ritual Hindu Bali. Dalam ritual sependhak orang Kalang membuat pancaka atau rumah untuk puspa. Sekilas ini juga mirip dengan rumah-rumahan dalam ngaben. Pancaka ini nantinya juga ikut dibakar bersama puspa, pakaian, kasur, sepatu, topi, biji-bijian, sesaji, uang, dan sebagainya. Sebelum pancaka dibakar, kerbau yang sudah sudah dipotong dan diposisikan nderem itu berputar beberapa kali sebagai upaya mengantar kepergian roh orang yang meninggal. Penggunaan kerbau ini hampir mirip pula dengan ritual ngaben di mana di dalam ngaben ada patung kerbau yang besar yang turut dalam tahapan ritualnya.
Pada upacara gegalungan gegumbregan, orang Kalang membuat sesaji yang diperuntukkan bagi leluhur mereka. Mereka membuat sesaji dua kali sejumlah berapa banyak anggota keluarga yang masih hidup. Jika orang Hindu di Bali melaksanakan ritual itu setiap tujuh bulan sekali, maka orang Kalang melaksanakan setiap tujuh bulan dua kali dan lima bulan dua kali. Selain kedua ritual khas orang Kalang itu, mereka juga masih melestarikan ritual-ritual lain yang sudah terakulturasi dengan budaya tua Jawa yaitu ritual malem Jumat, sesaji Dewi Sri, dan nyadran di pekuburan mereka.
Oleh karena itu jika dinas kebudayaan dan pariwisata tertarik dan memandang ada unsur tertentu dari budaya itu yang bisa digali dan diperkenalkan pada publik tentu saja hal ini akan memperkaya keunikan pariwisata di Kabupaten Kendal. Namun, tetap harus ada sikap kesungguhan dan profesionalitas Dinas terkait dalam mengelola potensi budaya itu hingga dapat menarik minat wisatawan atau bahkan peneliti-peneliti untuk datang melihat sendiri budaya animisme dan dinamisme yang masih tetap dilestarikan dengan baik. Jangan sampai ada unsur pemaksaan semata demi alasan komersialisasi pariwisata hingga menodai kemurnian pelaksanaan ritual Kalang tanpa mengimbangi dengan kebutuhan apa yang terbaik bagi orang Kalang sendiri dalam rangka memperkenalkan pesona budayanya. Dalam hal ini pihak terkait melihat sejauhmana budaya Kalang itu dapat mengobati rasa kepanasaran masyarakat lain yang jarang atau tidak pernah melihat kebiasaan dan tradisi Kalang itu. Unsur kepenasaran masyarakat luar itulah yang akan dibidik dan diarahkan untuk mengkonsumsi wisata budaya yang muncul dari tradisi Kalang. Sekaligus hal ini sebagai bentuk klarifikasi budaya terhadap eksistensi orang Kalang yang selama ini dituduh mempunyai leluhur seekor anjing, manusia berekor, dan hidup nomaden.
Dari hal tersebut berarti ada manfaat lain ketika kultur Kalang yang eksotik itu diperkenalkan pada publik yang berbeda kebudayaannya. Masyarakat lain di luar komunitas Kalang menjadikannya sebagai medium pembelajaran multikultur. Mereka bisa memperoleh pengayaan pemahaman terhadap hakikat keperbedaan budaya yang terlahir di dalamnya. Masyarakat Jawa sebagai pemilik kultur dominan akan mencoba memahami keperbedaan itu sebagai celah untuk berinteraksi dan saling mengenal kebudayaan masing-masing. Keunikan tradisi Kalang dapat pula menjadi museum budaya bagi orang lain untuk melihat sejarah akulturasi budaya dan agama apa saja yang pernah singgah di wilayah yang ditempati orang Kalang.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kendal dapat pula memanfaatkan staf Kecamatan Rowosari dan Gemuh untuk mendata keberadaan kelompok mereka dengan atribut dan jadual kegiatan ritual yang biasa dilaksanakannya. Namun demikian hal ini bukan tidak ada kendala. Sikap masyarakat non-Kalang biasanya ada yang keberatan dengan upaya promosi dan publikasi budaya daerahnya yang di dalamnya terdapat orang Kalang. Upaya pemahaman terhadap masyarakat non-Kalang yang hidup berdekatan dengan orang Kalang ini perlu diberikan penjelasan yang utuh agar tidak timbul salah pengertian terhadap apa yang dilakukan oleh pihak aparat Kecamatan.
Strategi menjual yang dilakukan Pemkab Kendal bukanlah berarti mengeksploitasi keunikan tradisi itu hanya untuk tujuan komersial semata, melainkan Pemkab Kendal berniat untuk melestarikan tradisi sebagai konsekuensi penjagaan tradisi yang diwariskan dan dilestarikan. Pemkab Kendal bukan berarti pula melestarikan tradisi yang oleh sebagian orang menganggap syirik, namun dinas terkait lebih bertujuan untuk mengenalkan sebentuk ritual yang pernah dan masih ada di wilayahnya bagi kelompok masyarakat lainnya demi kepentingan pembelajaran dan menumbuhkan semangat multikultur yang saat ini berada pada posisi yang mengkhawatirkan.

*Penulis: Muslichin, Guru SMA 2 Kendal.

2 Komentar:

Blogger NUGROHO mengatakan...

salam kenal,
saya dari KPI (Koalisi Perempuan Indonesia) Jawa Tengah sebuah ormas yang selama ini melakukan pendidikan gender terutama untuk 18 kelompok kepentingan perempuan, merasa tertarik dengan berbagai artikel tentang suku kalang. sekiranya kami bisa melanjutkan diskusi lebih intens tentang perempuan adat yang kebanyakan minoritas apa ada kontak yang bisa kami hubungi? alamat email kami kpi_jateng@yahoo.com. kontak person Sifa di (024)8441936
demikian yang kami sampaikan atas kerjasama yang baik kami ucapkan terimakasih.

19 Agustus 2009 pukul 00.08  
Blogger FORUM GURU SEJARAH mengatakan...

terima kasih mas atas perhatiannya. Salam balik. Untuk menghubungi kami anda bisa menggunakan alamat email ini sendiri atau kontak no. Hp. 085640704072. Di sisi lain kami juga membutuhkan bahan dan materi persoalan keperempuanan dalam lintasan sejarah Indonesia untuk pembuatan bahan ajar mapel sejarah SMA yang berbasis jender. Untuk itu kami meminta bantuan anda untuk sudi membantu memberikan bahan-bahan tersebut. terima kasih.

8 Februari 2010 pukul 23.12  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda