forum guru sejarah kendal

sebuah wadah bagi guru sejarah dan pemerhati budaya untuk memperbincangkan dunia kesejarahan, mengembangkan wawasan kebhinekaan, dan menerabas sekat primordial yang sesat, agar mampu mencipta kebersatuan negeri ini tanpa pernah menepis keperbedaan kesukuan, kultur, bahasa, dan tradisi.

Rabu, 29 April 2009

REVITALISASI MGMP SEJARAH*

Pada dasarnya MGMP merupakan wadah komunikasi antar guru pada bidang studi tertentu untuk membahas persoalan-persoalan yang terkait dengan materi bahan ajar, model belajar, rencana pengajaran, penilaian, masalah kepangkatan, dan penyamaan visi dan misi ke depan organisasi tersebut akan dibawa. Untuk peran pemecahan persoalan keseharian mengenai tugas guru mengajar dan penyiapan bahan ajar apa yang harus dibuat dan diberikan pada peserta didik barangkali MGMP menjadi medium yang terbukti sangat efektif memerankan fungsi dan peranannya selama ini. Dalam tahap tertentu layaknya organisasi lainnya, MGMP mengalami fase pasang-surut dan dinamika kegiatannya. Kadang MGMP melaksanakan serangkaian kegiatan yang sangat produktif seperti workshop, pertemuan rutin setiap bulan sekali, pelaksanaan kegiatan even tertentu, studi wisata, pengkajian dan penulisan soal, dan pembuatan tes atau soal ujian maupun semesteran. Sebaliknya, terkadang MGMP tidak melakukan kegiatan sama sekali bahkan untuk pertemuan setiap bulan sekali.


Kondisi terakhir ini mirip sekali dengan apa yang terjadi pada MGMP Sejarah Kabupaten Kendal. MGMP sejarah yang diharapkan menjadi wadah pertemuan rutin antara guru sejarah dalam rangka membahas persoalan-persoalan kesejarahan, strategi dan model mengajar sejarah, serta persoalan sertifikasi dan jenjang kepangkatan. Namun demikian, MGMP sejarah ini menjadi medium yang vakum dari berbagai kegiatan ilmiah yang diinginkan anggota-anggotanya. Selama dua tahun lebih forum musyawarah memperbincangkan banyak hal ini absen dari kegiatan yang diharapkan bersama. Hal ini jelas mengecewakan anggota-anggota MGMP Sejarah. Mereka menganggap dengan vakumnya organisasi ini berarti peluang untuk membicarakan kesulitan-kesulitan mengajar pupus juga dari harapan. Akibatnya, ketika ada persoalan yang dialami anggotanya mereka tidak tahu lagi harus lari ke mana. Mereka seperti anak ayam yang kehilangan induknya.

Lalu, apa yang harus dilakukan masalah seperti ini? Apakah tidak ada upaya untuk melakukan revitalisasi dan penyegaran kembali keadaan MGMP yang mengalami kevakuman cukup lama?
Namun, sebelum ada upaya untuk melaksanakan revitalisasi apalagi reorganisasi, alangkah bijaknya mengetahui terlebih dahulu alasan-alasannya mengapa terjadi masifikasi organisasi yang diibaratkan mati segan hidup tak mau.

Alasan utama yang menyebabkan MGMP Sejarah ini mengalami dekadensi adalah kesibukan-kesibukan yang dialami pengurus MGMPnya. Ketua MGMP Sejarah yang dipegang Drs. Tjiptoro, M.Pd ini mempunyai kesibukan luar biasa sebagai wakil kepala urusan kurikulum di SMA Rowosari. Sebagai orang no. 2 di sekolah tersebut beliau harus mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan kemauannya untuk membawa kemajuan di SMA yang baru berdiri tersebut. Hal ini agak berbeda ketika beliau masih menjabat sebagai waka di SMA 1 Sukorejo di mana di sekolah tersebut para gurunya memiliki pengalaman yang luas dan mendalam sekali sebanding dengan apa yang sudah dimiliki oleh Drs. Tjiptoro, M.Pd tersebut. Di samping itu, beban kesibukan beliau bertambah ketika bulan-bulan lalu disibukkan dengan kemauan kerasnya untuk menyelesaikan sstudi S-2 nya secara tepat dan lancar. Aktivitas beliau bertambah pada bidang sosial di lingkungan sekitar rumah sebagai pengurus P2KP yang tentunya banyak menguras tenaga dan waktu.

Demikian pula pada sekretarisnya yang dipegang oleh Drs. Purwanto. Usianya yang masih muda tidak sebanding beban pekerjaan yang banyak di SMA Pegandon. Beliau memiliki pekerjaan tambahan sebagai salah satu Waka di SMA tersebut. Hal senada hampir mirip dengan posisi bendahara MGMP yang dipegang oleh Tuti handayani, S.Pd. Sebagai wakil kepala Sarpras jelas beliau tidak bisa lagi mempunyai waktu untuk memikirkan MGMP ini. Seluruh waktu habis untuk memikirkan sarana dan prasarana yang ada di SMA 2 Kendal.

Dengan kesibukan para pengurus MGMP tersebut jelas memupus hambatan anggota MGMP lain yang berharap banyak untuk tetap bertemu sebulan sekali, bersilaturahmi, dan bercanda seputar problematika guru sejarah yang semakin banyak. Ketidakadaan kesempatan bertemunya para pengurus teras MGMP Sejarah ini membuat posisi MGMP Sejarah menggantung tidak jelas. Ketika persoalan mendera datang, para guru sejarah tidak mendapatkan solusi yang tepat untuk mengatasi persoalannya.

Oleh karena itu harus ada upaya bersama untuk menghidupkan kembali fungsi dan peran MGMP yang selama ini vakum dan mandeg. Reorganisasi bukanlah solusi yang paling tepat, mengingat potensi dari para pengurus itu yang masih tetap istimewa, berpengalaman, dan workaholic. Mempertahankan mereka dalam kepengurusan MGMP Sejarah lebih mulia dan tepat. Sepak terjang selama ini perlu diapresiasi dengan sebaik-baiknya. Jasa-jasa maupun program-programnya semasa kepngurusan MGMP sangat baik, dilanjutkan dan perlu ditingkatkan.
Namun demikian, dari deretan guru sejarah yang berusia di bawah 30 tahun baik yang mengajar di sekolah negeri maupun swasta perlu dilibatkan dalam kepengurusan MGMP mengingat energi mereka yang sangat besar, kreatif, dan masih belum dibebani berbagai jabatan tambahan di sekolah masing-masing. Mereka inilah yang diharapkan menjadi penyeimbang ketika pengurus lama karena kesibukannya kehilangan energi dan semangat pembaharuan. Guru-guru muda seperti Risyanto, S.Pd dari Pondok Modern Slamet, Nikmatul S.Pd dari SMA Boja, Nurhikmah, SS dari SMA Gemuh, dan guru lainnya dari SMA 1 Sukorejo, SMA 1 Weleri dapat dilibatkan dalam kepengurusan secara bersamaan dengan pengurus lama.

Jika adanya sinergi antara pengurus lama dengan tambahan pengurus baru ini tercapai pasti kegiatan MGMP yang lebih dua tahun ini vakum akan kembali menggeliat dan terlaksana kembali. Pengurus lama akan memberikan tambahan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman pada pengurus yang muda, sementara pengurus yang muda memberikan suport, dukungan moril, dan motivasi pada pengurus lama untuk tetap eksis dalam melaksanakan program-program kegiatan MGMP sejarah yang terlelap sementara waktu ini.

*Penulis: Muslichin, Guru SMA 2 Kendal.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda